Macam - macam Istilah di Pabrik Garmen beserta pengertiannya
Pabrik garmen merupakan sebuah entitas industri yang bergerak dalam produksi pakaian jadi, yang melibatkan berbagai tahapan dalam proses manufaktur.
Pabrik ini bertanggung jawab untuk mengubah bahan mentah seperti kain menjadi pakaian jadi yang siap untuk dijual di pasar.
Sebagai pekerja atau karyawan yang bekerja di pabrik garmen bahkan sebagai orang umum yang ingin bekerja didalam pabrik garmen di harapkan memahami dan mengerti istilah - istilah umum yang sering digunakan di dalam pabrik garmen.
Di dalam pabrik garmen banyak sekali istilah - istilah yang sering digunakan sebagai bahasa sehari - hari para pekerja untuk menyebutkan atau membahas tentang barang, proses maupun hasil di dalam pabrik garmen.
Macam - Macam Istilah di Pabrik Garmen.
Di pabrik garmen, terdapat berbagai istilah yang digunakan dalam industri ini. Berikut adalah beberapa istilah umum yang sering digunakan di pabrik garmen beserta pengertiannya:
1. Produk Jadi.
Produk jadi mengacu pada produk pakaian atau tekstil yang telah selesai diproduksi dan siap untuk didistribusikan atau dijual kepada konsumen.
2. Cutting (Potong).
Cutting adalah proses pemotongan bahan seperti kain atau kain rajut sesuai dengan pola yang telah ditentukan sebelumnya. Langkah ini merupakan tahap awal dalam produksi garmen.
3. Sewing (Jahit).
Sewing adalah proses penggabungan dan penggantungan berbagai bagian potongan kain yang telah dipotong pada tahap cutting. Proses ini melibatkan mesin jahit untuk menghasilkan pakaian yang jadi.
4. Finishing (Pengakhiran).
Finishing adalah tahap akhir dalam produksi pakaian. Ini melibatkan proses penyelesaian seperti penambahan kancing, jahitan terakhir, penjahitan label, dan proses lainnya untuk menghasilkan produk jadi.
Baca juga tentang :
- Macam - macam istilah di pabrik kimia beserta artinya
- Macam - macam singkatan di pabrik kimia beserta artinya.
- Macam - macam pabrik Tekstil beserta pengertiannya.
5. Quality Control (Kontrol Kualitas).
Quality control adalah proses pengawasan yang dilakukan untuk memastikan bahwa produk garmen memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Ini melibatkan pemeriksaan kualitas bahan, jahitan, warna, dan detail lainnya sebelum produk dikirim ke pasar.
6. Sample (Contoh).
Sample adalah versi percobaan atau contoh awal dari desain atau produk yang akan diproduksi dalam jumlah besar. Sample digunakan untuk mengevaluasi desain, ukuran, dan fitur lainnya sebelum memulai produksi massal.
7. Lead Time (Waktu Pemrosesan).
Lead time adalah waktu yang dibutuhkan dari awal produksi hingga produk jadi siap untuk dikirim atau didistribusikan. Ini mencakup waktu yang diperlukan untuk pemotongan, jahit, pengakhiran, dan proses lainnya.
8. Garment Worker (Pekerja Garmen).
Garment worker adalah pekerja yang terlibat dalam berbagai tahap produksi garmen, seperti cutting, sewing, finishing, dan tugas lainnya di pabrik garmen.
9. Overlock (Gulungan).
Overlock adalah mesin jahit khusus yang digunakan untuk menjahit tepi kain agar rapi dan mencegah kain melorot atau terurai. Proses ini dikenal juga sebagai gulungan.
10. Embroidery (Bordir).
Embroidery adalah proses menghias kain dengan menggunakan jarum dan benang. Ini bisa berupa pola atau desain yang ditambahkan pada pakaian untuk memberikan detail dan keindahan tambahan.
11. Supply Chain (Rantai Pasok).
Supply chain merujuk pada serangkaian aktivitas yang melibatkan produksi, pengiriman, dan distribusi produk garmen dari pemasok bahan baku hingga sampai ke konsumen akhir.
12. Work in Progress (WIP) (Pekerjaan Sedang Berlangsung).
Work in progress merujuk pada produk yang sedang dalam proses produksi dan belum selesai.
13. Bill of Materials (BOM) (Daftar Bahan).
Bill of Materials adalah daftar komponen atau bahan yang diperlukan untuk membuat suatu produk garmen. BOM mencakup informasi seperti jenis bahan, jumlah yang dibutuhkan, dan spesifikasi lainnya.
14. Cutting Plan (Rencana Pemotongan).
Cutting plan adalah rencana yang merinci cara memotong kain dengan efisien dan mengoptimalkan penggunaan bahan.
Hal ini melibatkan penentuan pola potongan, urutan pemotongan, dan pengaturan kain pada meja cutting.
Baca juga tentang :
- Macam - macam pabrik Industri beseeta pengertianya.
- Macam - macam jabatan di Pabrik Makanan.
- Macam - macam divisi di Pabrik Farmasi beserta tugasnya.
15. Production Line (Garis Produksi).
Production line adalah serangkaian langkah atau tahapan produksi yang dilakukan secara berurutan.
Setiap tahapan memiliki tugas dan tanggung jawab khusus, dan produk bergerak melalui garis produksi dari satu tahap ke tahap berikutnya.
16. Workstation (Stasiun Kerja).
Workstation adalah area kerja di pabrik garmen di mana pekerja melaksanakan tugas mereka.
Setiap workstation mungkin memiliki peralatan, mesin, dan alat kerja yang spesifik sesuai dengan tugas yang harus dilakukan.
17. Piece Rate (Tarif Per Potong).
Piece rate adalah sistem penggajian di mana pekerja dibayar berdasarkan jumlah potongan atau produk yang mereka hasilkan. Tarif per potong ditetapkan sebelumnya dan pekerja mendapatkan bayaran berdasarkan kinerja mereka.
18. Line Balancing (Seimbangnya Garis Produksi).
Line balancing adalah proses mengatur pekerjaan di garis produksi agar setiap stasiun kerja mendapatkan beban kerja yang seimbang.
Hal ini bertujuan untuk menghindari kelebihan beban kerja di satu stasiun kerja sementara yang lain mengalami underutilization.
19. Overtime (Lembur).
Overtime terjadi ketika pekerja bekerja di luar jam kerja normal yang telah ditetapkan. Biasanya, lembur dibayar dengan tarif yang lebih tinggi dari jam kerja reguler.
20. Standard Operating Procedure (SOP) (Prosedur Operasional Standar).
SOP adalah pedoman tertulis yang mengatur langkah-langkah dan prosedur yang harus diikuti dalam setiap tahap produksi garmen.
SOP memberikan instruksi yang jelas untuk memastikan konsistensi, kualitas, dan efisiensi dalam proses produksi.
21. Pre-Production (Pra-Produksi).
Pre-production adalah tahap persiapan sebelum produksi massal dimulai.
Ini melibatkan kegiatan seperti pengadaan bahan baku, pengujian desain, perencanaan produksi, dan persiapan lainnya untuk memastikan kelancaran produksi.
22. Work Order (Perintah Kerja).
Work order adalah dokumen yang berisi instruksi detail tentang pekerjaan yang harus dilakukan, termasuk informasi tentang produk, jumlah yang harus diproduksi, spesifikasi khusus, dan tenggat waktu.
23. Batch Production (Produksi Batch).
Batch production adalah metode produksi di mana produk diproduksi dalam jumlah terbatas atau batch tertentu sebelum beralih ke produk berikutnya.
Setiap batch memiliki urutan dan ukuran yang ditentukan sebelumnya.
24. Piecework (Pekerjaan Per Potong).
Piecework adalah metode pembayaran di mana pekerja dibayar berdasarkan jumlah potongan atau produk yang mereka hasilkan.
Tarif per potong atau per unit ditetapkan sebelumnya, dan pekerja menerima pembayaran sesuai dengan produktivitas mereka.
25. Line Supervisor (Supervisor Garis Produksi).
Line supervisor adalah individu yang bertanggung jawab mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan produksi di garis produksi.
Mereka memastikan kelancaran produksi, memantau kinerja pekerja, dan memecahkan masalah yang timbul.
26. Work-In-Process (WIP) Inventory (Persediaan Barang Sedang Diproses).
WIP inventory merujuk pada produk yang sedang dalam proses produksi. Ini mencakup bahan baku, barang setengah jadi, dan produk yang sedang berada di antara tahap produksi.
27. Rejection Rate (Tingkat Penolakan).
Rejection rate adalah persentase produk yang tidak memenuhi standar kualitas dan ditolak selama proses produksi atau kontrol kualitas.
Tingkat penolakan yang rendah menunjukkan kualitas produksi yang baik.
28. Rework (Pemrosesan Ulang).
Rework adalah proses memperbaiki atau memperbarui produk yang tidak memenuhi standar kualitas selama tahap produksi atau kontrol kualitas.
Ini melibatkan penyesuaian, perbaikan, atau modifikasi untuk memastikan produk memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
29. Inventory Control (Pengendalian Persediaan).
Inventory control adalah proses mengelola persediaan bahan baku, barang setengah jadi, dan produk jadi.
Ini melibatkan pemantauan persediaan, pengaturan pengadaan bahan baku, dan meminimalkan persediaan yang tidak terpakai atau terlalu banyak.
30. Standard Time (Waktu Standar).
Standard time adalah estimasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau operasi tertentu dalam produksi garmen.
Ini digunakan untuk mengatur target produksi, menghitung biaya produksi, dan mengelola kinerja pekerja.
31. Just-in-Time (JIT).
Just-in-Time adalah pendekatan manajemen persediaan di mana bahan dan komponen dipasok tepat waktu sesuai dengan permintaan produksi.
32. Waste Management (Manajemen Limbah).
Waste management adalah upaya untuk mengelola limbah yang dihasilkan selama proses produksi garmen. Ini mencakup pengurangan, daur ulang, dan pembuangan limbah secara aman dan ramah lingkungan.
33. Workstation Layout (Tata Letak Stasiun Kerja).
Workstation layout adalah pengaturan fisik stasiun kerja di pabrik garmen.
Desain tata letak yang efisien mempertimbangkan aliran kerja, penggunaan ruang yang optimal, dan kebutuhan ergonomi untuk meningkatkan produktivitas dan kenyamanan pekerja.
34. Order Fulfillment (Pemenuhan Pesanan).
Order fulfillment merujuk pada proses pengolahan dan pengiriman pesanan pelanggan.
Hal ini melibatkan pengambilan barang, pengemasan, pengiriman, dan pemantauan pesanan untuk memastikan pengiriman tepat waktu dan akurat.
35. Incentive Program (Program Insentif).
Incentive program adalah program yang ditawarkan kepada pekerja untuk meningkatkan motivasi dan kinerja mereka.
Ini dapat berupa bonus, penghargaan, atau insentif lainnya yang diberikan berdasarkan pencapaian target produksi atau kualitas kerja.
36. Compliance (Kepatuhan).
Compliance mengacu pada pemenuhan aturan, regulasi, dan standar yang berlaku dalam industri garmen.
Ini termasuk kepatuhan terhadap peraturan keselamatan kerja, hukum ketenagakerjaan, standar kualitas, dan tanggung jawab sosial perusahaan.
37. Lean Manufacturing (Manufaktur Ringkas).
Lean manufacturing adalah pendekatan produksi yang bertujuan untuk menghilangkan pemborosan dan meningkatkan efisiensi.
Ini melibatkan pengidentifikasian dan penghapusan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, optimasi aliran kerja, dan pengurangan waktu siklus produksi.
38. Cost of Goods Sold (COGS) (Biaya Barang yang Dijual).
Cost of Goods Sold adalah total biaya produksi untuk menghasilkan produk garmen yang siap dijual.
Ini mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja, overhead produksi, dan biaya lainnya yang terkait dengan produksi barang.
39. Industrial Sewing Machine (Mesin Jahit Industri).
Industrial sewing machine adalah mesin jahit yang digunakan di pabrik garmen untuk menjahit dan menghasilkan produk garmen dengan efisiensi yang tinggi.
Mesin ini biasanya dilengkapi dengan fitur dan kemampuan khusus untuk memenuhi kebutuhan produksi massal.
40. Compliance Audit (Audit Kepatuhan).
Compliance audit adalah proses pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan untuk memastikan bahwa pabrik garmen mematuhi aturan, regulasi, dan standar yang berlaku.
Ini melibatkan peninjauan dokumen, pemeriksaan fisik, dan evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan.
41. Quality Control (Kontrol Kualitas).
Quality control adalah proses pengawasan dan pengendalian kualitas produk garmen.
Ini melibatkan pemeriksaan visual, pengujian fisik, dan evaluasi produk untuk memastikan bahwa mereka memenuhi standar kualitas yang ditetapkan sebelum dijual ke konsumen.
42. Production Planning (Perencanaan Produksi).
Production planning adalah proses perencanaan langkah-langkah produksi garmen secara keseluruhan.
Ini mencakup penetapan target produksi, alokasi sumber daya, penjadwalan produksi, dan pengaturan garis produksi untuk mencapai efisiensi dan kepuasan pelanggan.
43. Inventory Management (Manajemen Persediaan).
Inventory management adalah proses pengelolaan persediaan bahan baku, barang setengah jadi, dan produk jadi di pabrik garmen.
Tujuan utamanya adalah memastikan ketersediaan yang tepat dan mengoptimalkan penggunaan persediaan untuk menghindari kekurangan atau kelebihan stok.
44. Workforce Management (Manajemen Tenaga Kerja).
Workforce management melibatkan perencanaan, pengaturan, dan pengelolaan tenaga kerja di pabrik garmen.
Ini termasuk pengadaan tenaga kerja, penugasan tugas, jadwal kerja, pelatihan, dan pengawasan kinerja untuk memastikan efisiensi dan produktivitas yang optimal.
45. Material Sourcing (Sumber Bahan).
Material sourcing adalah proses mencari dan memperoleh bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi garmen.
Ini melibatkan pencarian pemasok, negosiasi harga dan kualitas, serta pengaturan pengadaan untuk memastikan pasokan bahan yang tepat waktu dan berkualitas.
46. Costing (Perhitungan Biaya).
Costing adalah proses menghitung total biaya produksi untuk menghasilkan produk garmen.
Ini mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja, overhead produksi, dan biaya lainnya yang terkait dengan produksi barang.
Demikian sedikit ulasan tentang macam - macam istilah yang sering di gunakan di pabrik garmen beserta pengertiannya.
No comments